

Sepanjang 2025, keputusan kebijakan moneter Federal Reserve secara mendasar mengubah dinamika pasar cryptocurrency melalui berbagai jalur transmisi. Ketika FOMC menunda pemangkasan suku bunga dan mempertahankan pengetatan pada awal 2025, pasar cryptocurrency mengalami kontraksi tajam, dengan kapitalisasi pasar total turun 15% akibat investor menarik dana dari aset digital berisiko tinggi. Korelasi antara kebijakan The Fed dan valuasi kripto pun semakin jelas, di mana korelasi 60 hari Bitcoin dengan S&P 500 mencapai 0,72 pada pertengahan 2025, menandakan pergerakan aset digital kini selaras dengan pasar saham tradisional.
Pengetatan neraca The Fed sebesar 340 miliar dolar AS menjadi hambatan besar bagi likuiditas kripto sepanjang tahun. Namun, titik balik terjadi pada 1 Desember 2025, saat Federal Reserve resmi mengakhiri program pengetatan kuantitatif dan membekukan neraca di level 6,57 triliun dolar AS. Perubahan kebijakan ini langsung berdampak pada sentimen pasar: data bursa mencatat hampir 1 miliar dolar AS posisi leverage terlikuidasi selama periode penyesuaian awal. Penghentian pengetatan kuantitatif menghapus batasan utama yang menekan valuasi aset digital selama tiga tahun berturut-turut dan menciptakan peluang baru bagi tumbuhnya kepercayaan investor institusi dan ritel di pasar cryptocurrency.
| Peristiwa Kebijakan The Fed | Dampak Pasar |
|---|---|
| Penundaan pemangkasan suku bunga (awal 2025) | Kapitalisasi pasar kripto turun 15% |
| Pengetatan neraca (USD 340M) | Likuiditas dan volatilitas menurun |
| Akhir program QT (1 Desember 2025) | Kondisi pemulihan aset membaik |
Inflasi yang bertahan di level 3,2% juga mendorong investor beralih ke stablecoin dan Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai, memperlihatkan tekanan makroekonomi bekerja selaras dengan kebijakan The Fed dalam membentuk valuasi dan struktur pasar cryptocurrency.
Rilis data inflasi menjadi katalis utama volatilitas pasar cryptocurrency. Saat data CPI AS muncul pada September 2025—menunjukkan inflasi 2,9% dibanding Juli 2,7%—Bitcoin dan Ethereum langsung mengalami fluktuasi harga hingga 15%. Besarnya pergerakan ini menegaskan betapa eratnya aset digital mengikuti indikator makroekonomi.
| Aset | Rentang Volatilitas | Sensitivitas Harga |
|---|---|---|
| Bitcoin | Hingga 15% | Moderat |
| Ethereum | Hingga 15% | Lebih tinggi dari BTC |
Ethereum biasanya mencatat volatilitas lebih tinggi dibanding Bitcoin setiap kali CPI dirilis, mencerminkan dinamika pasar dan likuiditas yang berbeda. Data ketenagakerjaan juga memperkuat efek ini, karena laporan tersebut secara langsung memengaruhi ekspektasi pasar terhadap suku bunga dan likuiditas secara umum. Pada pekan pertama Desember 2025, Bitcoin menghadapi lonjakan volatilitas akibat empat peristiwa ekonomi utama AS, termasuk data ketenagakerjaan ADP dan laporan klaim pengangguran.
Pasar derivatif memberikan respons kuat terhadap data inflasi, dengan lonjakan volume perdagangan dan implied volatility opsi di bursa utama. Kontrak berjangka Ether mencatat rekor aktivitas perdagangan meski harga turun, menandakan aktivitas hedging institusi yang tinggi. Keterkaitan antara ekspektasi inflasi dan pergerakan harga cryptocurrency ini membuktikan bahwa fundamental makro kini memegang peranan penting dalam valuasi aset digital, menjadikan rilis data inflasi sebagai agenda utama yang wajib dicermati pelaku pasar kripto.
Hubungan antara volatilitas pasar saham dan harga cryptocurrency kini semakin penting dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian membuktikan bahwa aset utama seperti Bitcoin dan Ethereum memiliki koefisien korelasi sekitar 0,2 dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq, menandakan keterkaitan kelas aset ini semakin erat.
| Pasan Aset | Jenis Korelasi | Durasi | Dampak |
|---|---|---|---|
| S&P 500 ke Bitcoin/Ethereum | Positif | Jangka pendek & panjang | Efek spillover tinggi |
| Bitcoin/Ethereum ke S&P 500 | Negatif | Jangka pendek & panjang | Efek spillover moderat |
| Episode volatilitas pasar | Dua arah | Periode krisis | Sangat meningkat |
Korelasi ini makin kuat saat terjadi gejolak pasar. Contohnya, kejatuhan pasar akibat pandemi Maret 2020 dan volatilitas harga Bitcoin di awal 2021 menunjukkan pergerakan searah antara aset ekuitas dan digital. Studi Heliyon menegaskan bahwa guncangan S&P 500 memicu respons positif pada cryptocurrency, sementara guncangan pasar kripto mendorong reaksi negatif di ekuitas, meski dengan intensitas asimetris.
Pola perilaku investor menjadi kunci utama fenomena ini. Alih-alih didorong oleh faktor ekonomi mendasar, trader kini memperlakukan cryptocurrency sebagai alternatif investasi saham, yang tanpa sadar menciptakan sinkronisasi pergerakan harga. Perluasan ETF cryptocurrency oleh institusi besar juga menyatukan kelompok investor di pasar tradisional dan digital, memperkuat korelasi jangka panjang. Integrasi struktural ini menandakan pasar cryptocurrency telah bertransformasi menjadi bagian integral ekosistem keuangan global, sehingga memerlukan asesmen risiko portofolio yang cermat.
Rayls (RLS) adalah ekosistem blockchain yang menghubungkan keuangan tradisional dan terdesentralisasi. Platform ini memungkinkan tokenisasi aset secara aman dan penyelesaian lintas pasar untuk institusi, mengombinasikan private dan public chain demi interoperabilitas aset teregulasi.
Ya, Eagle Coin sudah diluncurkan. Program American Eagle Coin telah berjalan sejak 1986, dan edisi tahun 2025 kini tersedia.
RLC coin adalah token ERC-20 yang digunakan pada platform cloud computing terdesentralisasi iExec. Token ini berfungsi sebagai alat tukar utama dan memfasilitasi transaksi.
RLT (RollerCoin Token) adalah cryptocurrency asli dari RollerCoin, game simulasi penambangan virtual. Token ini digunakan untuk transaksi dan hadiah dalam game.











