Kebijakan moneter Federal Reserve memiliki pengaruh besar terhadap sentimen pasar cryptocurrency serta kondisi likuiditas. Saat The Fed menaikkan suku bunga, tekanan jual pada harga kripto meningkat tajam, sebagaimana tercermin dalam dinamika pasar 2025 di mana pengetatan kebijakan menyebabkan kapitalisasi pasar aset digital utama turun hingga 15%.
Sebaliknya, penurunan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif umumnya mendorong sentimen optimistis dengan memperbaiki likuiditas serta memicu perilaku investor yang berorientasi pada imbal hasil. Korelasi antara kebijakan moneter dan valuasi kripto kini semakin kuat, dibuktikan dengan korelasi 60 hari Bitcoin terhadap S&P 500 yang mencapai 0,72 di tahun 2025—menunjukkan adopsi institusional aset digital sebagai instrumen keuangan.
Penghentian pengetatan kuantitatif oleh The Fed baru-baru ini menjadi tonggak perubahan kebijakan, mengakhiri penurunan neraca yang dimulai pada tahun 2022. Pergeseran ini berpotensi menciptakan kondisi ideal bagi aset berisiko, termasuk cryptocurrency, dengan meningkatnya likuiditas di pasar keuangan.
| Tindakan Kebijakan | Dampak Pasar | Selera Risiko |
|---|---|---|
| Kenaikan Suku Bunga | Penurunan Harga | Menurun |
| Penurunan Suku Bunga | Kenaikan Harga | Meningkat |
| Akhir QT | Peningkatan Likuiditas | Meningkat |
Sentimen pasar sangat dipengaruhi ekspektasi suku bunga; indeks ketakutan dan keserakahan berfluktuasi mengikuti komunikasi The Fed. Investor institusi kini semakin mengandalkan penilaian probabilitas pemotongan suku bunga untuk menyesuaikan bobot portofolio, memperlihatkan eratnya keterkaitan kebijakan makroekonomi dengan valuasi cryptocurrency dan dinamika pasar global.
Publikasi data inflasi berfungsi sebagai pemicu utama perubahan perilaku investor kripto dan strategi pasar. Ketika data inflasi PCE lebih rendah dari perkiraan, pasar langsung mengantisipasi pemotongan suku bunga Federal Reserve, sehingga terjadi arus modal besar ke aset berisiko seperti Bitcoin dan altcoin. Sebaliknya, inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi mendorong investor memperkirakan suku bunga tinggi yang bertahan lama, berakibat pada rotasi defensif dan arus keluar dari kepemilikan kripto.
Korelasi antara kejutan inflasi dan sentimen investor tercermin dalam pola arus dana. Pada periode inflasi moderat, kapitalisasi pasar kripto tumbuh seiring rotasi investor menuju aset berisiko untuk mencari imbal hasil. Data juga menunjukkan token 1INCH mengalami volatilitas harga signifikan akibat perubahan inflasi, dengan harga bergerak dari US$0,2543 pada akhir Agustus 2025 ke level jauh lebih rendah di November mengikuti perubahan kondisi ekonomi. Pergerakan harga ini secara langsung menunjukkan penyesuaian investor berdasarkan ekspektasi inflasi dan sinyal kebijakan Federal Reserve.
Investor institusi semakin memantau indikator inflasi untuk menentukan waktu akumulasi maupun pelepasan cryptocurrency. Lonjakan cadangan stablecoin menandakan akumulasi menjelang pemotongan suku bunga yang diprediksi, sementara penurunan cadangan menunjukkan posisi defensif sebelum pengumuman hawkish dari The Fed. Pola perilaku ini menegaskan bahwa data inflasi sangat memengaruhi keputusan alokasi di seluruh ekosistem cryptocurrency.
Studi terbaru menunjukkan hubungan kuat antara pasar cryptocurrency dan indeks volatilitas pasar keuangan tradisional. Dari tahun 2017 hingga 2025, faktor risiko seperti fluktuasi pasar saham, ketidakpastian ekonomi, dan VIX (Volatility Index) terbukti memengaruhi imbal hasil cryptocurrency. Hubungan ini terjadi melalui informasi tersirat dari opsi indeks S&P 500, menciptakan efek limpahan yang terukur antar pasar.
| Indikator Pasar | Korelasi dengan Kripto | Tingkat Dampak |
|---|---|---|
| VIX (Volatilitas S&P 500) | Positif kuat | Tinggi |
| Ketidakpastian Pasar Saham | Signifikan | Tinggi |
| Ketidakpastian Ekonomi | Substansial | Sedang-Tinggi |
| Volatilitas Pasar Obligasi | Moderat | Sedang |
Bitcoin membukukan imbal hasil tahunan sebesar 36,04% dari 2017 hingga 2024, melampaui indeks tradisional, namun pola volatilitasnya tetap sangat terhubung dengan kondisi makroekonomi. Crypto Volatility Index (CVI) secara khusus mengukur ekspektasi volatilitas 30 hari untuk Bitcoin dan Ethereum, serta menunjukkan korelasi konsisten dengan Gold Volatility Index (GVZ), Crude Oil Volatility Index (OVX), dan berbagai indikator pasar tradisional.
Ethereum memiliki tingkat pengaruh tertinggi terhadap volatilitas pasar lain sebesar 100,35%, diikuti oleh cryptocurrency utama lainnya. Mekanisme efek limpahan volatilitas ini mengindikasikan bahwa dalam periode ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, harga cryptocurrency mengalami pergerakan yang semakin besar, mempertegas sensitivitas aset digital terhadap dinamika pasar tradisional.
1inch berpotensi mencapai US$100, namun kemungkinan besar baru setelah tahun 2030. Hal ini membutuhkan pertumbuhan pasar yang sangat besar serta adopsi protokol 1inch secara luas.
1inch coin adalah token utilitas dan tata kelola untuk protokol decentralized exchange 1inch. Token ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan, memperdagangkan, dan melakukan staking sehingga meningkatkan likuiditas sekaligus mendukung operasional protokol.
Benar, 1inch saat ini diblokir untuk pengguna di Amerika Serikat. Pembatasan ini mulai berlaku sejak September 2023 sebagai bagian dari persiapan peluncuran platform Amerika yang terpisah.
1inch coin memiliki prospek pertumbuhan yang besar hingga tahun 2030. Dengan adopsi DeFi yang semakin luas, peran 1inch dalam mengoptimalkan perdagangan di DEX akan mendorong permintaan dan meningkatkan nilai token secara signifikan.
Bagikan
Konten