Yen Jepang menyentuh level terendah baru! Dalam suasana ekspektasi stimulus fiskal, seberapa besar ruang kenaikan nilai tukar?
**Analisis Tren Nilai Tukar: Yen Jepang Tertekan dan Menyentuh Puncak Baru Lebih dari Sepuluh Tahun**
USD/JPY menembus angka 156 pada pertengahan November, menandai depresiasi terbesar yen sejak krisis keuangan global 2008. Faktor pendorong tren ini bukanlah satu hal saja, melainkan benturan antara ekspektasi kebijakan Bank of Japan dan stimulus ekonomi pemerintah.
Sejak Sanna Marin menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang, nilai tukar yen memasuki periode pelemahan berkelanjutan. Data pasar terbaru menunjukkan bahwa prediksi investor terhadap kenaikan suku bunga BOJ pada Desember telah turun menjadi 28%, sementara peluang kenaikan suku bunga pada Januari mendatang sebesar 42%. Ini mencerminkan ekspektasi luas pasar terhadap penundaan kebijakan moneter.
**Perluasan Fiskal Mengganggu Irama Kenaikan Suku Bunga**
Pemerintah Sanna Marin berencana meluncurkan paket stimulus ekonomi lebih dari 17 triliun yen pada 21 November. Langkah ini bertentangan dengan sinyal awal dari Gubernur BOJ, Ueda Shinichi, yang menyatakan "kemungkinan kenaikan suku bunga tercepat pada Desember." Konsultan ekonomi pemerintah, Goushi Kataoka, secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan fiskal harus diutamakan di atas normalisasi kebijakan moneter, menandakan harapan kenaikan suku bunga sebelum Maret tahun depan semakin kecil.
Ketidakpastian kebijakan ini langsung mempengaruhi suasana pasar. Strategi valas Nomura, Yuji Goto, menyebutkan bahwa investor sudah menyadari bahwa perluasan fiskal akan menunda siklus kenaikan suku bunga, sehingga aksi jual yen semakin cepat. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi 10 tahun meningkat ke 1,78% pada 19 November, mencapai level tertinggi sejak 2008, sementara hasil lelang obligasi 20 tahun melemah, memperdalam kekhawatiran pasar terhadap keberlanjutan fiskal jangka panjang Jepang.
**Pandangan Bull dan Bear Berbeda, Level 160 Menjadi Fokus**
Ekonom dari Barclays berpendapat bahwa, mengingat kebijakan Sanna Marin yang cenderung mengikuti model "Abenomics" yang longgar, yen akan terus menghadapi tekanan penurunan. Mereka menyarankan investor untuk tetap melakukan posisi long terhadap dolar AS terhadap yen.
Strategi valas dari ING Group, Francesco Pesole, lebih agresif, menunjukkan bahwa spekulan masih cenderung menguji batas toleransi pemerintah Jepang. Peringatan lisan dari pemerintah terus menurun efektivitasnya di pasar. Ia memperkirakan tekanan kenaikan lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan, dan bahwa level bawah nilai tukar mungkin mendekati 160.
**Psikologi Pasar dan Uji Kebijakan**
Kondisi tren nilai tukar ini mencerminkan dilema mendalam: pemerintah Jepang berusaha mendorong pertumbuhan melalui stimulus ekonomi, tetapi perluasan fiskal otomatis menyebabkan depresiasi yen; sementara bank sentral cenderung menaikkan suku bunga namun kekurangan dukungan politik, sehingga ruang kenaikan suku bunga sangat terbatas. Dalam kekosongan kebijakan ini, modal spekulatif menjadi kekuatan dominan di pasar, terus menguji garis merah intervensi pemerintah.
Saat ini, pemerintah Jepang belum secara aktif melakukan intervensi di bawah level 156, sehingga pasar memperkirakan pemerintah mungkin mengizinkan yen melemah hingga mendekati 160. Ekspektasi ini sendiri menjadi ramalan yang memicu realisasi sendiri, menarik lebih banyak aksi jual.
Ke depan, tren nilai tukar akan sangat bergantung pada dua variabel: kejelasan jadwal kenaikan suku bunga bank sentral dan efektivitas pelaksanaan stimulus fiskal pemerintah. Sebelum kedua faktor ini jelas, USD/JPY kemungkinan akan berfluktuasi di kisaran tinggi, dan penembusan level 160 menjadi langkah berikutnya yang diharapkan pasar.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Yen Jepang menyentuh level terendah baru! Dalam suasana ekspektasi stimulus fiskal, seberapa besar ruang kenaikan nilai tukar?
**Analisis Tren Nilai Tukar: Yen Jepang Tertekan dan Menyentuh Puncak Baru Lebih dari Sepuluh Tahun**
USD/JPY menembus angka 156 pada pertengahan November, menandai depresiasi terbesar yen sejak krisis keuangan global 2008. Faktor pendorong tren ini bukanlah satu hal saja, melainkan benturan antara ekspektasi kebijakan Bank of Japan dan stimulus ekonomi pemerintah.
Sejak Sanna Marin menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang, nilai tukar yen memasuki periode pelemahan berkelanjutan. Data pasar terbaru menunjukkan bahwa prediksi investor terhadap kenaikan suku bunga BOJ pada Desember telah turun menjadi 28%, sementara peluang kenaikan suku bunga pada Januari mendatang sebesar 42%. Ini mencerminkan ekspektasi luas pasar terhadap penundaan kebijakan moneter.
**Perluasan Fiskal Mengganggu Irama Kenaikan Suku Bunga**
Pemerintah Sanna Marin berencana meluncurkan paket stimulus ekonomi lebih dari 17 triliun yen pada 21 November. Langkah ini bertentangan dengan sinyal awal dari Gubernur BOJ, Ueda Shinichi, yang menyatakan "kemungkinan kenaikan suku bunga tercepat pada Desember." Konsultan ekonomi pemerintah, Goushi Kataoka, secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan fiskal harus diutamakan di atas normalisasi kebijakan moneter, menandakan harapan kenaikan suku bunga sebelum Maret tahun depan semakin kecil.
Ketidakpastian kebijakan ini langsung mempengaruhi suasana pasar. Strategi valas Nomura, Yuji Goto, menyebutkan bahwa investor sudah menyadari bahwa perluasan fiskal akan menunda siklus kenaikan suku bunga, sehingga aksi jual yen semakin cepat. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi 10 tahun meningkat ke 1,78% pada 19 November, mencapai level tertinggi sejak 2008, sementara hasil lelang obligasi 20 tahun melemah, memperdalam kekhawatiran pasar terhadap keberlanjutan fiskal jangka panjang Jepang.
**Pandangan Bull dan Bear Berbeda, Level 160 Menjadi Fokus**
Ekonom dari Barclays berpendapat bahwa, mengingat kebijakan Sanna Marin yang cenderung mengikuti model "Abenomics" yang longgar, yen akan terus menghadapi tekanan penurunan. Mereka menyarankan investor untuk tetap melakukan posisi long terhadap dolar AS terhadap yen.
Strategi valas dari ING Group, Francesco Pesole, lebih agresif, menunjukkan bahwa spekulan masih cenderung menguji batas toleransi pemerintah Jepang. Peringatan lisan dari pemerintah terus menurun efektivitasnya di pasar. Ia memperkirakan tekanan kenaikan lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan, dan bahwa level bawah nilai tukar mungkin mendekati 160.
**Psikologi Pasar dan Uji Kebijakan**
Kondisi tren nilai tukar ini mencerminkan dilema mendalam: pemerintah Jepang berusaha mendorong pertumbuhan melalui stimulus ekonomi, tetapi perluasan fiskal otomatis menyebabkan depresiasi yen; sementara bank sentral cenderung menaikkan suku bunga namun kekurangan dukungan politik, sehingga ruang kenaikan suku bunga sangat terbatas. Dalam kekosongan kebijakan ini, modal spekulatif menjadi kekuatan dominan di pasar, terus menguji garis merah intervensi pemerintah.
Saat ini, pemerintah Jepang belum secara aktif melakukan intervensi di bawah level 156, sehingga pasar memperkirakan pemerintah mungkin mengizinkan yen melemah hingga mendekati 160. Ekspektasi ini sendiri menjadi ramalan yang memicu realisasi sendiri, menarik lebih banyak aksi jual.
Ke depan, tren nilai tukar akan sangat bergantung pada dua variabel: kejelasan jadwal kenaikan suku bunga bank sentral dan efektivitas pelaksanaan stimulus fiskal pemerintah. Sebelum kedua faktor ini jelas, USD/JPY kemungkinan akan berfluktuasi di kisaran tinggi, dan penembusan level 160 menjadi langkah berikutnya yang diharapkan pasar.