Gubernur Bank of Japan, Ueda Kazuo, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menarik perhatian pasar—kelemahan berkelanjutan dari yen sedang meningkatkan tekanan inflasi. Dengan meningkatnya harga barang impor, perusahaan mulai menaikkan upah dan harga produk, dan siklus ini telah menjadi masalah yang sulit dihindari oleh bank sentral.
Stimulus besar sebesar 21,3 triliun yen, pelemahan yen semakin memperburuk
Pada 21 November, kabinet Jepang menyetujui rencana stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah, dengan anggaran mencapai 21,3 triliun yen. Dari jumlah besar ini, 11,7 triliun yen dialokasikan untuk bantuan harga, sementara sisanya diarahkan ke dukungan industri utama. Sumber dana bergantung pada pertumbuhan pajak dan penerbitan obligasi pemerintah baru.
Begitu kebijakan ini diumumkan, reaksi pasar langsung terlihat. Pada 20 November, hasil obligasi Jepang 10 tahun melonjak ke 1,842%, mencapai level tertinggi dalam 15 tahun. Sementara itu, pasangan USD/JPY naik ke 157,89, menyentuh level tertinggi dalam 10 bulan. Pengeluaran fiskal yang besar ini semakin memperburuk kekhawatiran investor terhadap pelemahan yen.
Pelemahan nilai tukar memicu reaksi berantai, sikap bank sentral beralih menjadi hawkish
Perkembangan pelemahan cepat yen tidak hanya meningkatkan biaya impor, tetapi juga memicu serangkaian masalah ekonomi. Ueda Kazuo menegaskan bahwa dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga telah jauh melebihi sebelumnya, dan bank sentral harus memantau situasi ini secara ketat. Kata-katanya secara jelas mengirimkan sinyal—peningkatan suku bunga pada Desember telah menjadi arah kebijakan yang diharapkan banyak pihak di pasar.
Langkah kenaikan suku bunga bank sentral akan menjadi kunci untuk membalik tren pelemahan yen. Jika kenaikan suku bunga dilakukan, hal ini berpotensi meningkatkan daya tarik aset yen dan mendukung nilai tukar.
160 menjadi batas penting di pasar, investor menunggu dengan penuh perhatian
Saat ini, angka 160 pada pasangan USD/JPY telah menjadi fokus pasar. Otoritas Jepang sebelumnya beberapa kali melakukan intervensi di level ini, tetapi efeknya terbatas.
Analisis dari Rodrigo Catril, Strategi Valuta Asing dari National Australia Bank, patut diperhatikan. Ia menunjukkan bahwa hanya mengandalkan intervensi tidak cukup untuk menstabilkan nilai tukar dalam jangka panjang, melainkan harus didukung oleh kebijakan fiskal atau moneter yang solid. Dengan kata lain, jika Bank of Japan memilih untuk menaikkan suku bunga pada Desember, pasangan USD/JPY diperkirakan akan kembali ke bawah 150; sebaliknya, menembus 160 akan menjadi kemungkinan besar.
Perbedaan pasar: harapan kenaikan suku bunga vs. dilema pelemahan yen
Pasar saat ini menunjukkan kontras yang menarik—di satu sisi, Bank of Japan menghadapi tekanan ganda dari inflasi dan pelemahan yen, dengan suara kenaikan suku bunga yang semakin meningkat; di sisi lain, rencana stimulus besar yang disetujui pemerintah dapat terus menekan yen lebih rendah. Ketegangan dalam arah kebijakan ini akan secara langsung menentukan tren yen di masa depan.
Bagi investor, pertemuan bank sentral pada Desember akan menjadi momen kunci. Apakah suku bunga akan dinaikkan atau tidak, akan sangat mempengaruhi ekspektasi pelemahan yen dan selanjutnya mempengaruhi pola pasar mata uang di seluruh Asia.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Tekanan depresiasi yen Jepang sangat besar! Bank of Japan akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember, fokus pasar tertuju pada angka 160
Gubernur Bank of Japan, Ueda Kazuo, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menarik perhatian pasar—kelemahan berkelanjutan dari yen sedang meningkatkan tekanan inflasi. Dengan meningkatnya harga barang impor, perusahaan mulai menaikkan upah dan harga produk, dan siklus ini telah menjadi masalah yang sulit dihindari oleh bank sentral.
Stimulus besar sebesar 21,3 triliun yen, pelemahan yen semakin memperburuk
Pada 21 November, kabinet Jepang menyetujui rencana stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah, dengan anggaran mencapai 21,3 triliun yen. Dari jumlah besar ini, 11,7 triliun yen dialokasikan untuk bantuan harga, sementara sisanya diarahkan ke dukungan industri utama. Sumber dana bergantung pada pertumbuhan pajak dan penerbitan obligasi pemerintah baru.
Begitu kebijakan ini diumumkan, reaksi pasar langsung terlihat. Pada 20 November, hasil obligasi Jepang 10 tahun melonjak ke 1,842%, mencapai level tertinggi dalam 15 tahun. Sementara itu, pasangan USD/JPY naik ke 157,89, menyentuh level tertinggi dalam 10 bulan. Pengeluaran fiskal yang besar ini semakin memperburuk kekhawatiran investor terhadap pelemahan yen.
Pelemahan nilai tukar memicu reaksi berantai, sikap bank sentral beralih menjadi hawkish
Perkembangan pelemahan cepat yen tidak hanya meningkatkan biaya impor, tetapi juga memicu serangkaian masalah ekonomi. Ueda Kazuo menegaskan bahwa dampak fluktuasi nilai tukar terhadap harga telah jauh melebihi sebelumnya, dan bank sentral harus memantau situasi ini secara ketat. Kata-katanya secara jelas mengirimkan sinyal—peningkatan suku bunga pada Desember telah menjadi arah kebijakan yang diharapkan banyak pihak di pasar.
Langkah kenaikan suku bunga bank sentral akan menjadi kunci untuk membalik tren pelemahan yen. Jika kenaikan suku bunga dilakukan, hal ini berpotensi meningkatkan daya tarik aset yen dan mendukung nilai tukar.
160 menjadi batas penting di pasar, investor menunggu dengan penuh perhatian
Saat ini, angka 160 pada pasangan USD/JPY telah menjadi fokus pasar. Otoritas Jepang sebelumnya beberapa kali melakukan intervensi di level ini, tetapi efeknya terbatas.
Analisis dari Rodrigo Catril, Strategi Valuta Asing dari National Australia Bank, patut diperhatikan. Ia menunjukkan bahwa hanya mengandalkan intervensi tidak cukup untuk menstabilkan nilai tukar dalam jangka panjang, melainkan harus didukung oleh kebijakan fiskal atau moneter yang solid. Dengan kata lain, jika Bank of Japan memilih untuk menaikkan suku bunga pada Desember, pasangan USD/JPY diperkirakan akan kembali ke bawah 150; sebaliknya, menembus 160 akan menjadi kemungkinan besar.
Perbedaan pasar: harapan kenaikan suku bunga vs. dilema pelemahan yen
Pasar saat ini menunjukkan kontras yang menarik—di satu sisi, Bank of Japan menghadapi tekanan ganda dari inflasi dan pelemahan yen, dengan suara kenaikan suku bunga yang semakin meningkat; di sisi lain, rencana stimulus besar yang disetujui pemerintah dapat terus menekan yen lebih rendah. Ketegangan dalam arah kebijakan ini akan secara langsung menentukan tren yen di masa depan.
Bagi investor, pertemuan bank sentral pada Desember akan menjadi momen kunci. Apakah suku bunga akan dinaikkan atau tidak, akan sangat mempengaruhi ekspektasi pelemahan yen dan selanjutnya mempengaruhi pola pasar mata uang di seluruh Asia.