
Perpaduan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) telah mengubah cara orang berinteraksi dengan ruang digital. Salah satu terobosan terpenting di bidang ini adalah hadirnya properti digital di metaverse—sebuah dunia digital paralel tempat pengguna dapat memiliki, mengelola, dan memperdagangkan lahan virtual. Sejak Mark Zuckerberg mengubah nama Facebook menjadi Meta, konsep ini mendapat sorotan besar, dengan investor menginvestasikan miliaran dolar pada token kripto yang mewakili petak lahan di metaverse. Fenomena ini menarik minat trader kripto individu maupun perusahaan besar seperti Nike, McDonald's, dan J.P. Morgan, menandakan metaverse sebagai frontier investasi yang semakin diakui.
Metaverse adalah gabungan dunia fisik dan virtual, mengadaptasi istilah "meta" dan "universe" untuk mendeskripsikan platform digital yang menggunakan teknologi VR dan AR. Melalui platform ini, pengguna menikmati pengalaman daring yang imersif, berinteraksi, bersosialisasi, dan melakukan berbagai aktivitas layaknya media sosial atau game multipemain. Di metaverse, setiap pengguna membuat avatar—karakter virtual yang menjadi identitas digital mereka.
Keunggulan utama platform metaverse masa kini adalah integrasi dengan teknologi blockchain, khususnya jaringan terdesentralisasi seperti Ethereum. Proyek seperti The Sandbox dan Decentraland memanfaatkan blockchain untuk menghadirkan lingkungan virtual bebas sensor, memungkinkan pengguna mengekspresikan diri tanpa batasan regulasi. Sistem terdesentralisasi ini memastikan transparansi, keamanan, dan otonomi pengguna, sehingga metaverse menjadi alternatif menarik dibandingkan platform terpusat.
Properti digital meliputi segala lahan atau aset virtual di platform dan game metaverse. Dalam ekosistem kripto, lahan virtual biasanya dijual sebagai non-fungible tokens (NFT) di blockchain seperti Ethereum atau Solana. Berbeda dengan kriptokurensi yang bersifat fungibel seperti Bitcoin atau Ethereum, NFT memiliki alamat unik di blockchain, sehingga setiap token bersifat eksklusif dan tidak dapat diduplikasi. Keunikan dan riwayat transaksi yang transparan menjadikan NFT sebagai bukti kepemilikan digital yang terverifikasi.
Setelah memperoleh lahan virtual berbasis NFT, pemilik mendapatkan hak penuh atas propertinya. Mereka dapat membangun rumah, bisnis, atau venue hiburan sesuai fitur yang ditawarkan platform metaverse. Sebagian investor menyimpan NFT lahan sebagai investasi jangka panjang, berharap nilainya tumbuh, sementara lainnya aktif memperdagangkan NFT di berbagai marketplace demi keuntungan.
Alasan membeli properti virtual tidak hanya sekadar hiburan game. Memahami motivasi ini memperjelas beragam daya tarik real estat metaverse dan alasan orang memilih membeli lahan di dunia virtual.
Pertama, banyak investor menganggap lahan virtual sebagai investasi jangka panjang. Seperti para pendukung Bitcoin yang percaya pada dominasi kripto di masa depan, penggiat metaverse meyakini dunia virtual terdesentralisasi akan menjadi platform utama media sosial dan game. Mereka membeli lahan di metaverse dengan harapan nilai aset akan naik secara signifikan.
Kedua, properti virtual memberi peluang pendapatan pasif. Platform seperti Decentraland dan The Sandbox memungkinkan pemilik lahan menyewakan properti mereka, menghasilkan pendapatan rutin. Beberapa metaverse juga memperbolehkan pemilik membangun atraksi seperti taman hiburan, museum, atau kasino, yang menarik pengunjung dan menghasilkan komisi dari interaksi pengguna.
Ketiga, merek besar dan pengiklan melihat metaverse sebagai kanal pemasaran Web3 yang efektif. Perusahaan seperti Chipotle telah memanfaatkan platform metaverse untuk menciptakan pengalaman pelanggan inovatif, seperti desain burrito virtual dengan hadiah nyata. Dengan pertumbuhan populasi metaverse, ruang iklan di platform populer semakin bernilai, mendorong investasi korporasi pada properti digital.
Keempat, sejumlah individu membeli lahan di metaverse untuk tujuan rekreasi. Mereka menikmati pengalaman gaming imersif, menyelesaikan quest, dan berinteraksi sosial dengan pemain lain. Kepemilikan lahan virtual memperkuat identitas digital dan menjadi sarana membangun relasi bermakna di dunia metaverse.
Proses pembelian properti virtual umumnya mengikuti standar serupa di berbagai platform metaverse. Bagi calon pembeli, langkah awal adalah memilih metaverse yang menawarkan lahan. Riset mendalam melalui situs kripto tepercaya seperti CoinMarketCap, CoinGecko, dan dAppRadar sangat penting untuk menemukan daftar game blockchain dan metaverse populer. Banyak proyek metaverse juga menawarkan lahan di marketplace NFT. Menilai visi proyek, tim pengembang, dan komunitas membantu investor menentukan metaverse yang sesuai dengan tujuan investasi.
Setelah memilih metaverse, investor perlu mengunduh crypto wallet yang sesuai. Karena masing-masing metaverse berjalan di blockchain berbeda, penting memastikan kompatibilitas wallet. Misalnya, The Sandbox berada di jaringan Ethereum sehingga memerlukan wallet seperti MetaMask. Memilih wallet non-custodial yang tepercaya memastikan keamanan dan kendali penuh atas aset digital.
Tahap berikutnya adalah membeli dan mentransfer kripto ke wallet. Sebagian besar marketplace NFT lahan metaverse hanya menerima pembayaran dalam kripto, biasanya token asli blockchain yang digunakan. Metaverse berbasis Solana, misalnya, mensyaratkan transaksi dengan token SOL. Investor harus memperoleh kripto yang sesuai dari platform trading dan mentransfer ke wallet mereka.
Selanjutnya, pengguna menghubungkan wallet ke marketplace NFT. Beberapa metaverse memiliki portal khusus penjualan lahan, seperti Decentraland Marketplace, sementara lainnya menggunakan marketplace pihak ketiga. Setelah terhubung, pengguna dapat menelusuri dan mempersiapkan pembelian lahan di metaverse.
Pembelian lahan dapat dilakukan dengan harga tetap, melalui lelang, atau dengan penawaran di bawah harga yang ditetapkan penjual. Metode ini memberi fleksibilitas dalam negosiasi harga. Investor dapat memanfaatkan opsi ini demi mendapatkan aset virtual sesuai strategi investasi dan anggaran.
Setelah transaksi selesai, NFT lahan yang dibeli tersimpan di wallet milik pembeli sebagai bukti kepemilikan. Jika ingin mentransfer NFT, pemilik dapat mengirimkannya ke wallet lain yang kompatibel untuk penyimpanan maupun perdagangan.
Harga lahan metaverse sangat fluktuatif dan spekulatif seiring perkembangan pasar. Nilai properti virtual bisa berkisar dari angka kecil hingga jumlah besar per petak, tergantung sejumlah faktor. Memahami struktur biaya sangat penting bagi calon pembeli. Penentu utama nilai properti metaverse adalah popularitas game, lokasi lahan di dunia virtual, serta fitur atau sumber daya khusus yang dimiliki.
Lokasi menjadi faktor krusial dalam penentuan harga, mirip dengan properti fisik. Misalnya, lahan virtual yang berdekatan dengan milik selebriti di berbagai metaverse biasanya dihargai lebih tinggi dibandingkan lahan di lokasi terpencil. Beberapa platform juga memberi nilai lebih pada lahan yang memiliki sumber daya langka atau tingkat kelangkaan tinggi.
Investor biasanya mengukur harga lahan metaverse dengan metrik floor price—harga terendah yang diterima penjual untuk lahan virtual. Analisis tren floor price di berbagai metaverse membantu pembeli memahami pola harga historis dan membandingkan rata-rata biaya antar platform, sehingga keputusan investasi menjadi lebih terukur.
Di balik antusiasme pasar properti metaverse, investor wajib memahami risiko sebelum membeli lahan di dunia virtual. Lahan metaverse termasuk aset paling spekulatif di ekosistem kripto, dengan volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi. Meski game metaverse terus berkembang, tidak ada jaminan bahwa investasi ini akan diadopsi secara luas atau platform tertentu mampu mempertahankan basis pengguna dalam jangka panjang.
Keberlanjutan platform adalah risiko utama. Jika proyek metaverse berhenti atau kehilangan dukungan komunitas, NFT lahan bisa menjadi tidak bernilai, mengakibatkan kerugian total. Selain itu, ketiadaan metrik valuasi baku menyulitkan penilaian aset secara objektif. Berbeda dengan properti konvensional yang dinilai dari lokasi, infrastruktur, dan arus kas, lahan metaverse lebih banyak berdasar spekulasi dan sentimen pasar. Risiko overpaying sangat tinggi ketika tidak ada standar valuasi, terutama saat kondisi pasar berubah drastis.
Metaverse menghadirkan frontier inovatif untuk interaksi dan investasi digital, memberi peluang bagi individu dan korporasi untuk terlibat dalam ekonomi virtual. Bagi Anda yang mempertimbangkan membeli lahan di metaverse, pemahaman mendalam tentang teknologi, mekanisme properti digital, dan proses investasi sangatlah penting. Potensi keuntungan memang ada melalui apresiasi nilai, pendapatan pasif, serta posisi strategis di platform baru. Namun, investor harus cermat mempertimbangkan risiko seperti instability platform, volatilitas harga, dan ketidakpastian valuasi. Dengan perkembangan metaverse yang dinamis, riset komprehensif, manajemen risiko, dan perencanaan strategis menjadi kunci sukses di pasar properti digital yang spekulatif namun berpotensi transformatif. Keputusan akhir untuk membeli lahan di metaverse bergantung pada toleransi risiko, tujuan investasi, dan keyakinan Anda terhadap keberlanjutan dunia virtual.
Ya, lahan di metaverse dapat dibeli. Platform seperti Decentraland dan The Sandbox menawarkan properti digital yang dapat dibeli dengan kriptokurensi. Anda hanya perlu wallet digital dan akses ke marketplace NFT untuk memperoleh lahan di metaverse.
Ya, lahan virtual di metaverse bisa dibeli. Kepemilikannya menggunakan NFT, dapat dijual atau dimanfaatkan untuk pendapatan, dan menarik minat investor seiring pertumbuhan pasar.
Metaverse Group membeli lahan seluas 500 meter persegi di kawasan fashion Decentraland senilai $2,43 juta, mencatat rekor akuisisi lahan terbesar di metaverse.
Ya, penjualan lahan virtual masih tumbuh pesat. Pasar menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan volume penjualan yang terus meningkat hingga tahun 2025.











